Rabu, 28 Maret 2012

I GET YOU!

Part 2
 Part 2
“Kau mau aku mengantarmu,  Shin Hye?” Tanya Minhyuk melalui ponsel.
“Tidak perlu, kau kan juga harus berangkat sekolah.”
“Baiklah, kalau kau yang mau. Bye.”
“Bye.” Kata Shin Hye sambil menutup telepon.
Sebenarnya, Shin Hye dan Minhyuk sudah menjalin hubungan  3 minggu lamanya setelah kesalahpahaman itu. Shin Hye ingat bagaimana raut wajah Minhyuk ketika menyatakan cintanya setelah sebulan berteman. Selama sebulan itulah cinta baru mulai tumbuh. Shin Hye sangat bahagia saat Minhyuk mengatakan bahwa Minyuk mencintainya. Sekejap kemudian Shin Hye mengingat semuanya dari awal setelah kesalahpahaman yang pernah terjadi. ...

Sehari setelah kesalahpahaman...
“Shin Hye-ya, coba ceritakan padaku dimana kau menemukan orang itu.” Kata Shin Yeon memulai percakapan.
“Orang itu? Siapa?” Tanya Shin Hye tak jelas.
“Yang terakhir kali mengantarmu pulang waktu itu. Siapa namanya? Kang Minhyuk?”
“Oh, Minhyuk. Untuk apa aku menceritakannya?”
“Aku hanya ingin tahu saja.”
Kemudian Shin Hye menceritakkan semuanya.
“Wah, kedengarannya kau menemukannya dengan mudah sekali. Itu pasti sudah takdir.”
“Takdir? Maksud Eonnie? Aku berjodoh dengannya?”
“Siapa yang tahu.”
Eonnie, tapi kan belum tentu. Lagipula aku kan belum lama berkenalan dengannya.”
“Tapi kan bisa saja terjadi. Bisa saja kau sudah menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Cinta tidak memandang waktu.”
“Benar juga.”
“Jadi, kau sudah menyukainya?” Tanya Shin Yeon menyindir.
“Ah, Eonnie!” teriak Shin Hye sambil memukul pelan kakaknya.
Lalu pintu kamar terbuka.
“Kalian berani bersenang-senang tanpa ku?” Kata Shin Hyuk dengan suara meninggi.
Oppa1, kau menakuti kami.” Kata Shin Yeon.
“Benar sekali, Eonnie.” Kata Shin Hye menambahkan.
“Memangnya aku hantu? Ngomong-ngomong apa yang kalian bicarakan?” Kata Shin Hyuk bertanya.
Oppa, Shin Hye sudah punya pacar!” Kata Shin Yeon sambil melirik Shin Hye.
Eonnie!” pekik Shin Hye. “Kenapa Eonnie memberitahunya?” Tanya Shin Hye pelan.
“Memangnya kenapa? Oppa kan juga kakakmu.”
“Ya tapi kan...”
“Katakan pada Oppa, kalo soal cinta, Oppa tidak akan beri tahu Eomma dan Appa.” Kata Shin Hyuk memotong.
“Tuh, dengar apa kata Oppa. Oppa kan baik. Sebenarnya belum jadi pacar sih Oppa. Mereka baru beberapa hari bertemu.”
“Shin Yeon-ah, kau saja yang cerita.”
Shin Yeon menceritakan secara urut. Dari ia membuat taruhan sampai selesai. Shin Hyuk dan Shin Hye mendengarkan.
“Siapa namanya tadi? Kang Minhyuk?” Tanya Shin Hyuk.
Ne.” Kata Shin Hye.
“Shin Hye-ya, apa kau tau dia bersekolah dimana?”
“Umm, katanya dia sekolah di sebuah sekolah menengah atas di dekat salah satu Mall. Kupikir dia satu sekolah dengan Oppa. Atau mungkin tidak. Mungkin seangkatan  dengan Oppa.”
“Dia bukan hanya seangkatan dengan Oppa. Dia juga sahabat Oppa. Dan kau tahu siapa dia? Dia adalah ketua kelas di kelas Oppa, dan selalu dikerjar-kejar para gadis di seluruh sekolah.” Kata Shin Hyuk menggebu-gebu.
Jinjja-yo2 Oppa? Waaaahh, Shin Hye-ah, keberuntungan mu benar-benar berlipat ganda!”  Kata Shin Yeon pada Shin Hye.
“Tapi sepertinya ia biasa saja. Ia tidak terlalu ‘wah’ dari luar.”
“Itulah yang kusukai darinya. Memang dia orangnya seperti itu. Dia orangnya pintar lho.” Kata Shin Hyuk meyakinkan.
Jeongmal3?”  Kata Shin Hye tidak percaya.
Keoreom4 . Dia selalu dapat ranking di kelas. Shin Hye-ya, sebenarnya kau sudah berbicara banyak apa belum sih? Dari tadi kau hanya bertanya seolah-olah kau tidak mengetahui apa-apa.”
“Memang aku belum berbicara banyak dengannya. Oppa, bisakah kau mengajaknya kemari? Aku ingin memberikan kejutan untuknya.” Pinta Shin Hye.
“Umm, lusa aku ada belajar kelompok dengannya, kau mau aku mengadakannya disini?”
Keoreom . Gomawo5 Oppa , Saranghaeyo6 .” Kata Shin Hye sambil membentuk tangannya menyerupai hati.
Shin Hyuk tersenyum dan mengacak-acak rambut adiknya.

Dua hari setelah kesalahpahaman..

 “Dirumahmu?” Tanya Minhyuk.
“Iya. Bagaimana? Kau mau kan?”
“Kenapa tiba-tiba?”
“Kan belum terlambat. Ayo, tidak apa-apa.”
“Bagaimana, yang lain mau kerja kelompok di tempat Shin Hyuk?” Tanya Minhyuk pada teman-temannya yang lain.
“Tentu saja.”
“Baiklah.”
“Tidak masalah.”
Lalu mereka sepakat belajar di tempat Shin Hyuk.
“Shin Hye akan suka ini.” gumam Shin Hyuk.


Tiga hari setelah kesalahpahaman..

“Shin Hyuk-ah, ini... rumahmu?” Kata Minhyuk sambil berusaha mengingat sesuatu.
Maja. Kenapa?”
“Tunggu, ini...” Shin Hyuk tidak sempat melanjutkan kata-katanya karena lebih terfokus pada pikirannya. Sepertinya ia pernah datang ke rumah ini. Tapi untuk apa, dan untuk siapa..
“Shin Hye-ya, buka pintunya.”
Terdengar suara gadis dari dalam rumah.
“Siapa? Shin Hye? Siapa dia?” Tanya Minhyuk
“Adikku. Kenapa?”
Tidak sempat Minhyuk berkata. Sesorang sudah membuka pintu. Dan tersenyum padanya.
Oppa!” Pekik Shin Hye pada Shin Hyuk.
Neol7??”
“Lho?? Minhyuk-ssi?” Tanya Shin Hye berpura-pura.
“Jadi, Shin Hyuk ini kakakmu?” Tanya Minhyuk berusaha mengiyakan perkiraannya.
“Benar sekali. Ayo silahkan masuk. Yang lain juga ya.” Kata Shin Hye ramah.
“Ayo masuk.” Shin Hyuk menambahkan.
“Shin Hye-ya, suruh Eonnie mu buatkan minum. Nanti kau yang mengantar ya. O ya, jangan lupa camilannya.” Kata Shin Hyuk.
“Siaaaap.” Jawab Shin Hye mantab.
Shin Hye melirik Minhyuk yang masih sedikit kebingungan dan tersenyum sendiri.
Shin Hye melangkah ke dalam dimana Shin Yeon bersembunyi di dapur. Kemudian Shin Yeon mengerjakan apa yang dikatakan Shin Hye. Setelah selesai, Shin Hye membawa minuman dan camilan pesanan kakak laki-lakinya itu.
“Oppa, yeogi8 .” Kata Shin Hye sambil memberikan minumannya. Lalu mata Shin Hye beralih ke mata Minhyuk.  “Minhyuk-ah, kau kenapa? Kaget melihat aku adalah adik Shin Hyuk?”
“Ahh.. tidak.. tidak,  aku... baik baik saja.” Kata Minhyuk terbata.
“Benarkah? Wajahmu terlihat terkejut sekali.”
“Benar. Aku tidak apa-apa.”
“Baiklah.” Kata Shin Hye dan langsung melangkah pergi.
Minhyuk melihat Shin Hye pergi ke dalam sampai hilang dari pandangan.

Sementara di kamar Shin Yeon..
Eonnie! Kyaaaaaaaa, neomu johda!”
Keurae9?  
“Mmm. Gomawo Eonnie.”
Ne. Sepertinya adikku telah jatuh cinta.” Kata Shin Yeon sambil tersenyum.
Mwo ya.. . Eonnie, tidak bisakah kita membuatnya sering kesini?”
“Enak saja. Di lain hari kau harus usaha sendiri. Atau...”
“ Atau apa?”
“Atau aku tidak akan memberikan 500rb won padamu.” Kata Shin Yeon terkikik.


Seminggu setelah kesalahpahaman..

“Adikmu cantik.” Ucap Minhyuk.
“Adikku? Yang mana? Adikku kan ada dua.” Tanya Shin Hyuk bingung.
“Ha? Adik? Siapa yang bilang adik? Memangnya tadi aku bertanya apa?” kata Minhyuk berpura-pura. Baru sadar ia mengatakan apa yang dipikirkannya.
“Ah, kau ini. Sejak kapan kau jadi pelupa?” Tanya Shin Hyuk kembali bingung.
Lama-lama Shin Hyuk menyadari  bahwa sahabatnya yang satu ini perlahan-lahan mulai menyukai adiknya. Sudah terlihat jelas sejak terakhir kali Minhyuk ke rumahnya, dan melihat Shin Hye, sepulangnya dari belajar kelompok Minhyuk mengatakan bahwa ia ingin suatu hari nanti jika ia ada tugas kelompok lagi, Minhyuk ingin mengerjakan disini lagi. Pernah suatu hari, Minhyuk menanyakan satu pertanyaan pada Shin Hyuk. Minhyuk bertanya apakah Shin Hye sudah punya kekasih atau belum, karena tidak terlalu mendegar dengan jelas, Shin Hyuk menanyakan apa yang Minhyuk katakan, tetapi Minhyuk bilang ia lupa ia tadi menanyakan apa. Perasaan ini biasa di sebut salting atau salah tingkah . Sebenarnya Shin Hyuk ingin memberitahu hal ini pada Shin Hye. Tetapi ia mengurungkan niatnya. Biarkan semua ini menjadi rahasia. Biar mereka berdua saling mengetahui dari satu sama lain bahwa mereka saling cinta.




Sepuluh hari setelah kesalahpahaman...

Shin Hye sedang berjalan-jalan mengitari taman di sore hari. Ia sengaja menunggu dan ingin melihat matahari terbenam. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponselnya dari tas dan melihatnya. Nomor tak dikenal. Mungkin salah sambung. Tapi, tidak ada salahnya diangkat. Tanpa berpikir lagi, Shin Hye menjawabnya.
Yoboseo10?”
Jigeum eodiro11?”
Mwo? Ige nuguya12?”
Nae ya13, Minhyuk.”
Apa??? Minhyuk? Kang Minhyuk? Teriak Shin Hye dalam hati.
“Kang Minhyuk? Darimana kau dapat nomor ponselku?”
Isn’t important, now where are you?”
Shin Hye dengan lembut menyebutkan tempat dimana ia sekarang.
Kiddaryo14.”
Wae15? ..”
Belum sempat Shin Hye melanjutkan kata-katanya di telepon, Minhyuk sudah menutup teleponnya. Semenit kemudian, matahari sudah mulai terbenam. Indah sekali. Semua terlihat jelas dari sini. Shin Hye selalu menyukai momen ini. Jarang sekali ia bisa melihat momen langka seperti ini.
Ya!.” Seru Minhyuk dari belakang Shin Hye, dan langsung duduk di sebelah Shin Hye.
“Oh? Minhyuk-a? Onjje wasseo16?”
“Baru saja. Sedang apa kau disini?”
“Sedang menikmati indahnya matahari terbenam. Kalau kau? Sedang apa kau disini?”
“Hanya untuk menemuimu. Ibu ku mengundangmu untuk makan malam.”
“Mwo? Yang benar saja.” Kata Shin Hye kaget.
“Ini hari spesial untuknya.”
“Memangnya hari ini hari apa?” Tanya Shin Hye.
“Hari ulang tahun ibuku, ulang tahun ayahku, sekaligus ulang tahun pernikahan mereka.”
“Wow, kenapa bisa sama? Wah, benar-benar langka.”
“Jadi, bagaimana? Kau mau datang?”
“Mmm, baiklah. Minhyuk-a, apa boleh aku ganti baju dulu?”
“Tentu saja. Ayo cepat, aku akan mengantarmu.” Kata Minhyuk yang langsung berdiri.
Gomawo.”  Balas Shin Hye.
Shin Hye mengikuti Minhyuk menuju tempat dimana motor Minhyuk diparkirkan.
Dalam perjalanan...
“Malam ini dingin sekali.” Ucap Minhyuk.
“Benarkah? Aku tidak merasa kedinginan. Apa aku yang sudah  terbiasa.” Kata Shin Hye senang.
“Benar-benar berbeda drastis dengan Indonesia.”
“Siapa yang tidak tahu itu.” Ceplos Shin Hye. “Minhyuk-ssi, Bolehkah aku menanyakan sesuatu?”
“Tentu.”
“Mengapa keluargamu pindah kemari?”
“Untuk mengindar.”
“Menghindar? Dari apa?”
“Ayahku.”
Sejenak hening, kemudian Shin Hye memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Seakan bisa membaca pikiran Shin Hye, Minhyuk menjawabnya.
“Ayahku bilang kami pengganggu. Ayah bilang kami tidak seharusnya berada di sisinya. Tapi kami bilang kami hanya ingin membantu. Tapi Ayahku sudah terlanjur marah. Ia tidak ingin kami di sisinya lagi. Ya sudah, aku, ibu dan adikku memutuskan untuk pindah kemari.” Minhyuk tertawa sedikit. “Kalau mau pergi lebih baik yang jauh sekalian kan? Dan negara inilah tujuan kami.” Minhyuk mendesah dan mengakhiri ceritanya. “Sudah sampai. Cepat sana ganti baju, sebelum terlambat.”
Dengan lemas, Shin Hye turun dari motor.
Gomawo, aku masuk dulu. Kau menunggu disini kan?”
“Iya, sudah sana cepat.”
Shin Hye langsung berjalan menuju pintu rumahnya. Tiba-tiba Shin Yeon menghampiri.
“Shin Hye-ya, dari mana kau?” Tanya Shin Yeon.
“Eo? Dari taman. Eonnie, mian. Aku tidak bisa menemanimu ngobrol.”
“Lho? Kenapa?”
“Aku mau pergi lagi.” Kata Shin Hye menaiki tangga.
“Mau kemana lagi?” Seru Shin Yeon.
Shin Hye berhenti melangkah. “Ke ulang tahun ibu Minhyuk.”
“Ha?”
“Sudahlah. Nanti aku jelaskan. Sekarang Minhyuk sedang menungguku di luar. Tidak enak kalau dia menunggu terlalu lama.” Kata Shin Hye, setelah itu melangkah pergi.

Sepuluh menit kemudian, Shin Hye keluar rumah dan menghampiri Minhyuk.
Sesaat mata Minhyuk tidak bisa berkedip saat melihat kecantikan Shin Hye. Rambutnya dibiarkan tergerai, memakai baju yang modis dan bawahan memakai stocking dan dilapisi rok tipis berwarna putih. Karena tidak mau menunjukan kekagumannya, Minhyuk segera menyuruh Shin Hye menaiki motor dan berangkat.
Sesampainya di rumah Minhyuk, Shin Hye langsung diajak Minhyuk masuk. Ibu Minhyuk yang baru keluar rumah sangat terkejut saat melihat Shin Hye datang.
“Omo! Ige nuguya? Shin Hye-ya?” Kata ibu Minhyuk tak percaya.
“Annyeonghaseyo, Ajjumma.” Kata Shin Hye sambil membungkukkan badan.
“Annyeong. Ayo silahkan masuk.”
“Ne.”
“Silahkan duduk.” Ibu Minhyuk menyuruhnya duduk di salah satu kursi meja makan.
“Gamsahamnida.”
Minhyuk juga ikut duduk di sebelah Shin Hye.
“Bibi tebak, Minhyuk sudah bilang padamu kalau ini hari ulang tahun bibi.”
“Benar.”
“Ini adalah ulang tahun bibi yang ke 45. Bibi sangat senang masih bisa merayakannya bersama Minhyuk, dan juga...”
Tidak sempat melanjutkan kata-katanya, seorang gadis kecil muncul dari dalam.
Eomma, Oppa, ige nuguya?” tanya gadis kecil itu sambil menunjuk Shin Hye.
“Gyu Ri-ya. Perkenalkan, ini  Shin Hye Eonnie.” Kata Minhyuk memberitahu adik perempuannya.
“Annyeong. Perkenalkan, nama Eonnie Park Shin Hye.” Kata Shin Hye memperkenalkan diri.
“Eonnie! Dia Oppa ku!” kata Gyu Ri.
“Iya, Eonnie tau. Kamu lucu sekali. Neomu kyeopta.” Kata Shin Hye sambil mencubit pipi Gyu Ri.
Eonnie, neol neomu yeppeo.”
Jinjja? Waaa, gomawo Gyu Ri-ya.”
“Gyu Ri-ya, ayo duduk disini. Jangan ganggu Eonnie. Ayo makan. Shin Hye-ya, kau juga harus makan. Ayo silahkan dicoba semua. Ini buatan Minhyuk lho.” Kata ibu Minhyuk sambil mengambil makanan untuk Gyu Ri.
“Minhyuk bisa memasak? Aku saja tidak bisa. Aku tidak ada yang mengajari. Menyedihkan sekali.”
Jinjja? Kalau begitu datang saja kesini, biar Minhyuk yang mengajari mu.”
“Ne? Ah, tidak perlu. Tidak apa-apa.”
“Tapi bibi yang memaksa. Tiga kali seminggu, kau harus datang. Biar Minhyuk yang menjemputmu.”
“Tidak perlu, aku yang akan datang ke rumah ini sendiri.”
“Baiklah. Minhyuk-ah, ajari Shin Hye ya.” Kata ibu Minhyuk.
“Kalau dia mau, Bu.”
“Hei, kau ini bagaimana sih, dia kan tidak ada yang mengajari.”
“Kenapa tidak ibu saja?”
“Hei kau ini!”
“Hhhhh, baiklah. Shin Hye-a, aku hanya bisa hari Kamis, Sabtu dan Minggu. Bagaimana?”
“Baiklah. Dimulai dari minggu depan?”
“Iya.”
“Oke. Besok Kamis aku akan datang.”



Enam belas hari setelah kesalahpahaman...
“Mwo? Les memasak? Bersama Minhyuk?” Tanya Shin Yeon kaget.
“Mmm, dan besok adalah harinya.”
“Boleh aku ikut? Aku kan juga ingin bisa memasak.”
Andwae! Kau tahu, ibunya Kang Minhyuk yang menyuruhku les masak dengan Minhyuk.”
“Chh, lalu aku bagaimana?”
“Sepulang aku dari rumah Minhyuk, aku akan mengajarimu. Kau mau kan?”
Jinjja? Yey, aku akan bisa memasak.”
“Sepertinya kau senang sekali.”
“Tentu saja lah. Wanita jaman sekarang kalau tidak bisa memasak kan memalukan.”
“Benarkah. Kalau begitu, aku mau pergi siap-siap untuk besok.”
“Baiklah.”
Annyeong, Eonnie.”
“Mmm.”

Tujuh belas hari setelah kesalahpahaman...

Akhirnya, Shin Hye sudah sampai di rumah Minhyuk. Kelihatannya tidak ada orang. Lalu Shin Hye mencoba mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Lima detik kemudian seseorang sedang mendekat ke pintu dan membuka pintu.
Wasseo? Ayo masuk.” Perintah Minhyuk.
Gomawo. Aku kira tidak ada orang. Dari luar terlihat sepi sekali.”
“Ibu dan adikku sedang keluar. Mau minum apa?” Tanya Minhyuk.
Dwaesseo. Bisa kita mulai sekarang?”
“Tentu. Ayo ke dapur.” Kata Minhyuk sambil menunjukkan arah.

Shin Hye dan Minhyuk sudah sampai di dapur. Dapur itu terlihat cukup luas. Barang-barangnya juga tertata rapi. Setiap orang yang berada di dapur ini akan merasa betah. Termasuk Shin Hye.

“Kau ingin bisa membuat apa?” Tanya Minhyuk.
“Umm, bagaimana kalau kimbab? Aku suka makan kimbab tapi tidak tahu rasanya.” Jawab Shin Hye.
“Baiklah. Pertama tama kau harus pakai celemek dulu, supaya baju mu tidak kotor.” Kata Minhyuk sambil mengambil celemek dari dalam laci, kemudian memberikannya pada Shin Hye.
Gomawo.” Kata Shin Hye sambil menerima celemek dari Minhyuk.

Satu jam mereka memasak, akhirnya selesai juga.
“Ini buatan ku. Ayo dicoba.” Kata Shin Hye pada Minhyuk.
“Sudah lumayan. Hei, rasanya enak!. Sugohaesseo!”
Jeongmal?”
“Mmm, tapi masih banyak perbaikan. Lain kali kau harus mencobanya sendiri ya.”
Ne. Minhyuk-ssi,  aku bisa pulang sekarang kan?” Tanya Shin Hye ragu.
“Tentu. Kau mau aku mengantarmu?”
“Tidak perlu. Minhyuk-a, aku tidak tahu apa besok aku bisa datang atau tidak. Karena...”
Shin Hye tidak melanjukan kata-katanya, tetapi memberikan sebuah undangan pada Minhyuk.
“Datanglah. Jangan sampai terlambat. Aku pergi dulu.” Kata Shin Hye sambil meninggalkan Minhyuk.
Minhyuk hanya menggangguk. Dan sedetik kemudian melihat apa yang diberikan Shin Hye padanya. Kartu undangan ulang tahun Shin Hye. Besok. Sejenak pikiran Minhyuk kosong. Sejurus kemudian ia tau ia harus melakukan apa.
Sementara di rumah Shin Hye..
“Bagaiamana? Kau sudah memberikan undangannya?”
“Sudah. Eonnie, bagaimana kalau dia tidak datang?” Tanya Shin Hye.
“Pasti datang. Kau kan sudah memberinya undangan.”
“Tapi kalau dia tidak menanggapinya bagaimana?”
“Sudahlah. Yang kau perlukan hanya bersiap-siap untuk besok.”
“Mmm, kau bisa membantu ku kan?”
“Tentu saja. Kajja!


Selasa, 27 Maret 2012

I GET YOU!


Part 1
Annnyeonghaseyo, naneun Park Shin Hye imnida1. Saya pindahan dari Indonesia. Saya harap saya bisa menyesuaikan diri disini.”
“Shin Hye, kau bilang kau pindahan dari luar negeri. Tapi mengapa kau sangat lancar berbahasa Korea? Bahkan kalau dilihat – lihat, wajahmu juga mirip seperti orang Korea.” Kata salah seorang teman di kelasnya.
“Ahh, nae-Eomma2  adalah orang Korea. Lalu menikah dengan ayahku yang keturunan orang Indonesia. Sejak kecil aku diajari dua bahasa, bahasa Korea dan juga bahasa Indonesia.” Kata Shin Hye dengan tersenyum.
“Ooh, begitu ya. Baguslah. Jadi jika kita mengobrol, aku tidak perlu menerjemahkannya kedalam bahasa Inggris.” Kata seorang temannya lagi.
“Ne. Pputtakkaimnida3.” Kata Shin Hye sambil menundukkan badan dan kembali ke tempat duduknya.
Park Shin Hye, adalah siswa baru di sebuah sekolah menengah atas di Korea. Dia pindahan dari Indonesia. Keluarganya memutuskan untuk menetap disini karena suatu hal. Shin Hye memiliki dua orang kakak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Ia tidak memiliki adik. Setelah ia mendengar keluarganya memutuskan untuk menetap disini, Shin Hye sangat senang walaupun berat meninggalkan Indonesia. Tapi ia yakin, karena ada keluarganya, semua akan terasa sama.




“Shin Hye, bagaimana awal di sekolahmu?”
“Bagus. Kenapa?”
“Ini yang aku suka darimu. Kau bisa langsung beradaptasi dimanapun kau berada.” Kata kakaknya sambil mencubit pipi adiknya.
“Tentu saja. Memangnya  Eonnie4 ,  tidak bisa beradaptasi. O iya, bagaimana sekolah mu?”
“Lumayan. Setidaknya lebih sedikit dari yang kuharapkan.”
“Lebih sedikit?”
“Mmm. Ayo turun, Eomma5 dan Appa6 sudah menunggu untuk makan malam. Ahh benar. Setelah ini aku mau jalan-jalan ke mall membeli baju musim dingin. Kau mau ikut?”
Keoreom7  . Ayo turun.”

Shin Hye dan kakak perempuannya, Shin Yeon sedang mengobrol di kamar Shin Hye. Mereka adalah kakak adik yang sangat rukun. Kata orang tua mereka, merek tidak pernah bertengkar. Selalu menjaga satu sama lain. Sekarang mereka sedang menuju ruang makan.

“Hei.”
Mwo ya8?”
“Bagaimana hari pertamamu?”
Neomu johda9. Kalau kau? Bagaimana hari pertamamu?”
“Seperti biasalah. Aku langsung dikejar-kejar para gadis.”
“Huuh, dasar narsis.” Kata Shin Hye sambil memukul punggung kakak laki-lakinya itu.
Park Shin Hyuk. Adalah kakak Shin Hye yang paling tua. Ia selalu rukun dengan kedua adiknya. Terutama dengan Shin Hye. Sama seperti Shin Yeon. Mereka berdua tidak pernah bertengkar.
Seluruh keluarga Park sudah berkumpul di ruang makan. Mereka makan sambil bercengkrama, bercanda ria, dan menceritakan hari pertama mereka di Korea. Suasana di sini sangat mirip dengan suasana hangat di Indonesia.

“Sudah selesai. Eonni, ayo cepat! Katanya mau ke mall.”
“Iya, sebentar lagi. Sudah sana kau siap-siap duluan.”
“Oke.”

Mereka dalam perjalanan ke mall. Banyak tempat di pinggir jalan yang bisa mereka datangi untuk membeli baju musim dingin.
“Sayang ya, di Indonesia tidak ada musim dingin.” Kata Shin Hye memulai percakapan.
“Kau sepertinya sangat menyukai musim dingin.”
“Aku suka saljunya. Dan rasa hangat yang tiba-tiba muncul dari baju dan selimut yang kupakai dimusim dingin.”
“Sepertinya biasa saja. Ngomong-ngomong, apakah kau pernah berpikir untuk menemukan orang yang bisa berbahasa Indonesia disini?”
Belum sempat Shin Hye menjawab pertanyaan kakaknya, sopir taksi yang mengantar mereka berkata bahwa mereka sudah sampai. Shin Yeon segera membayar taksinya dan turun.
“Hei, kau harus mengganti 50% dari ongkos taksi tadi.”
“Hmmm.. baiklah. O iya, tadi kau menanyakan apa?”
“Pernahkah kau berpikir untuk menemukan orang yang bisa berbahasa Indonesia disini?”
“Mengapa aku harus menemukannya? Itu tidak penting sama sekali.”
“Heeeh, dengarkan aku dulu. Aku ingin buat taruhan!”
“Taruhan apa?”
“Kalau kau berhasil menemukan orang itu duluan, aku akan membayarmu sebanyak yang kau mau, tapi kalau aku yang menemukannya duluan, kau harus membayarku sebanyak yang kumau. Bagaimana?”
“Termasuk ongkos taksi?”
“Tentu saja. Bagaimana? Kau mau kan?”
“Orangnya pria atau wanita?”
“Ummm.... ahh, jika pria, kau harus berani mendekatinya dan kalau bisa kau jadikan pacar. Jika wanita, jadikan dia sebagai sahabatmu dan sering – sering ajak ke rumah.”
“Tapi jika orang yang kutemukan, baik pria maupun wanita yang ternyata sudah tua, bagaimana?”
“Kau ini! berpikirlah sedikit. Yang muda – muda saja.”
“Ishh.. merepotkan saja. Chua10 , aku akan mencari kalau aku sempat.”
“Ini baru adikku tersayang.” Kata Shin Yeon sambil tertawa dan mengacak-acak rambut adiknya.

Dan dari sinilah petualangan cinta Shin Hye dimulai.

Sepulang sekolah, Shin Hye memutuskan untuk berjalan-jalan dulu di tempat-tempat umum di Korea. Kumpulan distro di pinggir jalan, taman, kedai kopi, mall, bioskop, tempat menjual makanan kecil, dan lain-lain. Sayangnya ia hanya sendirian. Semua temannya sedang sibuk dan kakak-kakaknya juga tidak bisa menemaninya. Sudahlah, sepertinya sendirian lebih asyik. Pikir Shin Hye.
Saat dia sedang menyusuri keramaian, tiba-tiba....
“Baiklah, Bu. Aku akan segera menyusulmu di sana.”
Shin Hye seakan teringat perkataan seseorang.
’ Pernahkah kau berpikir untuk menemukan orang yang bisa berbahasa Indonesia disini?’
’ Kalau kau berhasil menemukan orang itu duluan, aku akan membayarmu sebanyak yang kau mau, tapi kalau aku yang menemukannya duluan, kau harus membayarku sebanyak yang kumau. Bagaimana?’
Chajjatta11!!” Pekik Shin Hye. Ia menemukan apa yang ia cari dalam taruhan dengan kakaknya. Seseorang di Korea yang bisa berbahasa Indonesia. Ia harus mencari tahu siapa namanya, dan berkenalan dengannya. Tapi, sesuatu telah masuk ke pikiran Shin Hye. Dia laki-laki. Dan jika laki-laki, ia harus menjadikannya pacar. Sekejap kemudian Shin Hye menyesal telah membuat taruhan itu. Tapi mau bagaimana lagi. Ia harus mengetahui asal-usul pria itu.
Diam-diam Shin Hye mengikuti lelaki itu. Dia merasa seperti penguntit. Seharusnya ia tidak boleh melakukan ini, kalau tidak ia bisa dilaporkan pada polisi. Tapi Shin Hye sudah mencari dengan susah payah. Bahkan kakaknya pun mencari setiap hari. Tapi sampai sekarang belum menemukan. Shin Hye tidak boleh membuangnya begitu saja.
Tiba-tiba pria yang diikuti Shin Hye menoleh.
“Sedang apa kau?”Tanya pria itu dalam bahasa Korea.
“Apa maksudmu? Aku sedang berjalan.”
“Berjalan boleh-boleh saja. Tapi tidak boleh mengikutiku.”
Bagaimana dia bisa tau? Umpat Shin Hye dalam hati.
“Siapa yang mengikutimu. Kemungkinan saja jalan kita sama.” Jawab Shin Hye acuh tak acuh.
Pria itu hanya mendecak dan berjalan pergi. Shin Hye berpikir ini bukanlah hal yang mudah. Pria yang dihadapinya ini sepertinya orang ketus. Berbicara pada orang yang belum ia kenal saja nada nya sudah seperti orang marah. Sesaat kemudian pria itu sampai di suatu tempat. Stasiun bawah tanah. Pria itu segera menuruni tangga. Shin Hye mengikutinya.
“Pria itu mau pergi kemana? Jangan-jangan keluar kota. Aduh bagaimana ini? Aku tidak bisa mengikutinya. Aku tidak punya pilihan lain, kalau ternyata pria itu naik kereta, aku akan berhenti disini.” Kata Shin Hye bicara pada diri sendiri.
Shin Hye tidak menyadari kalau dia sangat dekat dengan pria itu. Lalu pria itu memanggil orang di yang sedang duduk di bangku dengan sebutan ‘Ibu’ . Pria itu segera menghampiri. Shin Hye mengikutinya dengan berlari-lari kecil.
“Minhyuk-a, wasseo12. Bersama.... yeoja?” Tanya ibu itu dalam bahasa Korea.
“Apa yang ibu bicarakan? Aku datang sendirian.”
“Lalu itu siapa?” kata ibu itu sambil menujuk ke arah belakang punggung Minhyuk.
Pria yang dipanggil Minhyuk itu menoleh ke belakang. Tepat ke arah Shin Hye.
Neol13!” pekik Minhyuk sambil menunjuk ke arah Shin Hye.
“Hehehe, Annyeong.” Kata Shin Hye cengar-cengir.
“Sedang apa kau disini? Bukankah sudah kubilang kau boleh berjalan-jalan tapi tidak boleh berjalan mengikutiku.” Kata Minhyuk setengah marah.
Mian14, aku punya alasan untuk mengikutimu.”
“Itu bukan urusanku. Sudah sana pergi.”
“Tapi...”
Ibu Minhyuk memotong pembicaraan mereka.
“Minhyuk-a, kenapa kau kasar pada pacarmu sendiri?”
“P-pacar????”
PACAR!!???? Teriak Shin Hye dalam hati.
“Bibi, ini tidak se.....” Shin Hye mencoba menjelaskan.
“Minhyuk-a, kenapa kau tidak memberitahu ibu kalau kau punya pacar. Kau juga tidak pernah mengajaknya ke rumah.”
“Ibu, dengarkan aku. Dia bukan pacarku! Bahkan aku sendiri tidak mengenalnya.” Kata Minhyuk membentak, lupa kalau yang ia ajak bicara itu ibunya.
“Minhyuk-a, jangan malu-malu. Kau menyembunyikan rasa malu mu sampai kau membentak ibumu. Ayo pulang. Ajak dia juga ya.”
Shin Hye yang mendengar perkataan ibu itu langsung menyela.
“Bibi, tidak bisa. Aku tidak bisa ikut dengan anda. Saya sedang sibuk. Lagipula, apa yang anak anda katakan benar. Kami tidak saling mengenal. Ini semua cuma salah paham.”
“Minhyuk pernah bercerita sama bibi kalau dia mau mencari pujaan hati nya di Korea, tetapi  bisa berbahasa Indonesia. Jadi tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Ayo cepat, bibi sudah kedinginan.”
“Apa?” Sejurus kemudian Shin Hye menyesal berbicara bahasa Indonesia dengan bibi ini.

Secara tidak sadar Shin Hye meminta pada Minhyuk untuk membolehkan dirinya mengikuti Minhyuk.
“Tapi jangan macam-macam!”
“Baik.” Kata Shin Hye sambil menundukkan kepala.
Ia tidak mengira akan sejauh ini.


“Silahkan diminum dulu.”
“Terima kasih, Bibi.” Kata Shin Hye dengan lembut.
“Jadi, sudah berapa lama kalian berhubungan?”
Shin Hye yang mendengar perkataan bibi itu langsung tersedak.
“Apa? Bibi, tadi kan saya sudah bilang kalau saya dan Minhyuk tidak saling mengenal.” Kata Shin Hye mengotot.
“Jadi kalau kalian tidak saling mengenal, untuk apa kamu mengikuti anak saya?”
“Sebenarnya...”
“Ini tidak seperti itu, Bu” Kata Minhyuk yang tiba – tiba muncul di ruang tamu.
Minhyuk menceritakan semuanya secara detail, Shin Hye juga membantu menceritakan. Bila ditanya, Shin Hye menjawabnya.
“Shin Hye-ah, bibi sebenarnya sudah mengerti dari awal. Tetapi bibi melakukan ini karena Minhyuk sendiri. Ia pernah bilang ke bibi kalau ia ingin mencari pujaan hatinya di Korea tapi yang bisa berbahasa Indonesia. Jadi ibu merestui kalian berdua. Kalian berdua cocok kok.”
“Cocok??? Tapi bi, kita belum saling mengenal.” Kata Shin Hye meyakinkan.
“Bibi tau, tapi akankan lebih baik jika kalian berteman kan. Cobalah untuk saling mengenal.Shin Hye-ah, sudah hampir malam, kau tidak pulang? Atau kau mau Minhyuk mengantarmu?”
“Tidak perlu, bi. Saya bisa pulang sendiri.” ujar Shin Hye sambil mengambil tasnya dan berpamitan dengan Ibu Minhyuk.
“Saya pergi dulu.”
“Hati-hati ya.”
Tanpa menjawab, Shin Hye langsung berjalan pergi.
“Minhyuk-a, antar dia sampai depan.”
“Untuk apa?”
“Pergilah sana cepat. Ibu khawatir.”
Tanpa berbicara apa-apa lagi, Minhyuk pun mengerjakan apa yang dikatakan ibunya. Ia melangkah masuk, mengambil kunci motor dan keluar.

“Naiklah.”
“Apa?”
“Cepat naik. Tidak mau?”
“Hmm, kau yang memaksa ya?”
Dalam perjalanan, mereka dalam diam. Sesaat kemudian Shin Hye memulai percakapan.
“Maaf ya. Aku tidak bermaksud membuat semua ini terjadi.”
“Tidak apa-apa, semua sudah terjadi. Ahh, aku agak tidak bisa mendengar suaramu. Bagaimana kalau kita mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol?”
“Hmm, baiklah, terserah kau saja.”


“Ahhhh, johda15.” Kata Shin Hye setelah mencoba coklat panas yang dibeli Minhyuk.
“Enak? Kalau enak kau harus mengganti 50% dari harga coklat panas ini.”
“Kau seperti kakak perempuanku.”
“Kenapa?”
“Jika aku dibayari oleh kakakku, pasti aku disuruh menggantinya.”
“Dan kau mau?”
“Tentu saja.”
“Kau punya kakak?”
“Mmm. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kalau kau?”
“Aku hanya punya adik.”
“Ummm.” Hening sejenak. Setelah itu ponsel Shin Hye berbunyi.
Yeoboseo16? Eomma? Ne17? Aku sedang di kedai pinggir jalan. Baiklah.” Kata Shin Hye sebelum menutup telepon.
“Minhyuk-ssi
“Shin Hye-ssi
Mereka berdua memanggil nama mereka secara bersamaan.
“Kau dulu.” Ucap Minyuk.
“Umm, terima kasih untuk hari ini. Maaf telah merepotkanmu. Aku benar-benar tidak memiliki alasan tertentu, tapi....”
“Pasti ada anggota keluarga mu yang menyuruhmu menemukan orang yang bisa berbahasa Indonesia.”
“Kok kamu bisa tau?”
“Kenapa? Jawabanku benar kan? Tidak ada alasan lain. Tapi ngomong-ngomong, kenapa wajahmu sedikit mirip dengan orang Korea?”
“Oh, ibu ku keturunan orang Korea.”
“Ohh. Oh iya, bukankah kau disuruh cepat pulang?”
“Ahh, benar. Aku pergi duluan ya.”
Dengan cepat Minhyuk menarik tangan Shin Hye. Dan seketika itu juga ia khilaf.
“Maaf. Tapi bolehkah aku mengantarmu?”
“Tentu saja.” Kata Shin Hye mengiyakan.

Perjalanan mereka berjalan mulus. Tak jarang mereka berdua tertawa bersama. dalam waktu bersamaan, Shin Hye dan Minhyuk merasa kalau mereka sudah dekat. Padahal mereka baru bertemu.  Sesaat kemudian mereka sampai.
Gomawo18, Minhyuk-ssi.”
“Mari kita putuskan.”
“Apanya?”
“Kita berbicara menggunakan bahasa Korea atau bahasa Indonesia?”
“Terserah kau saja.”
“Baiklah, bahasa Korea saja ya. Kita harus menyesuaikan dimana tempat kita.”
“Baiklah, tidak masalah.”
“Kalau begitu aku pulang dulu. Cepat masuk sana.”
“Mmm, hati-hati ya.”
Minhyuk mengangguk dan langsung pergi.
“Aku pulang.” Kata Shin Hye setelah memasuki rumahnya.
“Kau tadi pulang bersama siapa?” Kata Shin Yeon
“Ahh, teman baru. Dia bisa berbahasa Indonesia.”
Mwooo19???” pekik Shin Yeon. “Jadi kau sudah menemukan orang yang bisa berbahasa Indonesia disini?”
Maja20! Dan aku yang menang. Berikan aku 500 ribu Won.” Kata Shin Hye sambil menjulurkan tangannya kepada kakaknya.
“Tunggu dulu. Tadi itu pria atau wanita?”
“Pria.”
“Berarti aku belum bisa memberikan uangnya sekarang.”
Wae21?”
“Kau lupa? Jika laki-laki kau harus mendekatinya dulu, kalau bisa au jadikan pacar.”
“Kau kira semudah itu?”
“Aku tidak peduli.” Kata Shin yeon sambil melangkah pergi.
Eonnie!” Shin Hye berteriak memanggil kakaknya yang sudah masuk kamar.
Sedetik kemudian Shin juga Hye berjalan masuk ke kamarnya. Ia langsung membersihkan diri, lalu makan, dan kembali ke kamarnya lagi untuk istirahat. Hari ini sangat melelahkan. Banyak hal yang tidak terduga terjadi. Pikirannya langsung menuju pada Minyuk. Sepertinya, Minyuk adalah orang baik. Ia tidak seburuk kelihatannya walau waktu pertama kali mereka bertemu Minhyuk sempat membentaknya. Shin Hye teringat perkataan kakaknya. Menjadikannya pacar. Shin Hye belum pernah berpikir sejauh itu. Tapi setiap mengingat wajah Minhyuk, Shin Hye selalu tersenyum. Shin Hye segera menggelengkan kepala. Tidak mungkin ia menyukai pria yang baru ia temui. Tapi biarkan saja lah. Biarkan waktu yang menjawab semua.